08 Maret 2009

Ekspektasi Berlebihan (refleksi Islamic Book Fair di Jakarta)


Hari ini penutupan Islamic Book Fair di Jakarta, dengan harapan yang tinggi tadi saya ke Senayan dan bermimpi melakukan wisata rohani dengan bacaan bermutu, “nakal’ dalam artian berani mengajak pembacanya untuk berpikir liar, bebas dan mendalam dalam rangka mereguk kedalaman ilmu berbasis Islami apalagi temanya begitu dahsyat “Islamic Book Fair”
Sayangnya harapan tersebut bagaikan bara api yang dicelupkan ke air, ekspektasi saya terlalu berlebihan, yang saya temukan disana kebanyakan buku-buku yang relatif “provokator” kacangan sehingga banyak yang rata2 dijual tidak lebih dari semangkok bakso di Jakarta..” menyedihkan”, kemudaian juga saya temui buku dengan tema-tema “follower” dari naskah naskah kategori “best seller” selain itu roman-roman ringan dengan menjual aroma agama, distand yang memamerkan Kitab Klasik pun, juga hanya terlihat Kitab-kitab standar seperti Bulughul Maram, Bidayatul Mujtahid dan kitab lain yang mengulas fiqh maupun Kitab-kitab standar pelajaran di IAIN dan berbagai terjemahannya.
Saya berharap tadinya akan bertemu buku-buku pemikir baru sebagai pengganti dari pemikir Islam dari Indonesia yang kreatif seperti Almarhum Nurcholis Madjid (Cak Nur), Jalalluddin Rahmat (Kang Jalal), atau Muhammad Natsir dengan bukunya yang sampai saat ini saya kagumi “Capita Selecta” atau bahkan pemikiran liarnya almarhum Ahmad Wahib dengan Pergolakan Pemikiran Islam, paling tidak pemikiran tokoh baru seperti Azyumardi Azra dan Harun Nasution, atau juga pemikiran menyejukkan dari Quraish Shihab dan Sang Guru spiritual multi agama Anand Khrisna.. bahkan saya sempat berharap disana akan bertemu dengan buku yang selalu saya tunggu dari pemikir muda yang samapi saat ini tidak terdengar menulis Buku yaitu Ulil Abshar Abdalla (mungkin masih sibuk dengan desertasi di Harvard) atau buku2 dari senior saya selama dulu sewaktu kuliah di Gajah Mada atau Ngaji di berbagai pesantren.. karena beberapa diantaranya yang saya yakin memiliki kapabilitas menulis buku lebih senang terjun ke dunia politik “partai” karena mungkin lebih menjanjikan secara ekonomi.
Saya juga berharap tadinya akan bertemu dengan kitab-kitab yang lebih “advanced” seperti karya Ibn Taimiyah, atau pergolakan Pemikiran Abu Hasan Al Asyari minimal Kitab Siyar Mulk karya Nizam Al Mulk Al Tusi yang membahas komunikasi hubungan atau pemikiran kiri dari Hassan Hanafi atau mungkin juga karya intelektual barat tentang Islam, karena bukankah Hassan Hanafi juga lulusan Sorbone Prancis?..
Ekspektasi saya yang langsung padam juga ditambah dengan “miris” pameran sekelas itu dilaksanakan di Senayan dengan kondisi seadanya, sempit, kotor, mushola dadakan yang gak memadai.. sambil berpikir kapan ya Islamic Book Fair dilaksanakan ditempat yang nyaman ber AC sehingga pengunjung nyaman untuk memilih buku.. jangan lupa beberapa tempat yang menyediakan buku berbobot di negeri ini disediakan oleh Umat lain, contohnya di Jogja ada perpustakaan yang buku Islamnya tidak kalah dengan perpustakaan IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN) bahkan dulu (sekitar 1993-1995) tempatnya sangat nyaman dan sering jadi referensi bagi mahasiswa IAIN.
Akhirnya saya bermimpi kapan mimpi saya terlaksana..

1 komentar:

Eko Eshape mengatakan...

semoga mimpinya terlaksana lebih baik dari yang diimpikan.
Amin

Salam